Malam di lereng Merapi biasanya dingin dan sunyi. Namun beberapa pekan terakhir, aktivitas gunung berapi ini meningkat. Asap putih tipis kerap terlihat sejak sore, membuat sirene peringatan dan suara pengumuman dari pos pantau lebih sering terdengar. Meski begitu, suasana di warung kopi yang berada di dekat pasar tradisional Selo justru semakin ramai.
Setiap malam, puluhan warga berkumpul di sana, tidak hanya untuk menghangatkan badan dengan kopi panas, tetapi juga untuk berbincang tentang pola permainan yang sedang viral di media sosial: Mahjong Ways. Bahkan, beberapa di antara mereka datang lebih awal hanya agar tidak kehabisan kursi.
Antrean yang Tidak Biasa di Tengah Ancaman Letusan
Pemandangan antrean di warung kopi malam hari jadi fenomena yang menarik. Seolah warga tak gentar dengan peringatan siaga gunung Merapi. Mereka lebih fokus pada obrolan santai yang dibumbui cerita-cerita tentang keberuntungan dan pola malam yang disebut-sebut sedang ramai dibicarakan.
Seorang pengunjung tetap, Pak Sardi, mengatakan, Kalau cuma dengar sirene Merapi, kami sudah biasa. Yang bikin penasaran itu cerita pola yang katanya gampang bikin menang malam-malam. Candaan ini membuat beberapa pengunjung lain tertawa, mencairkan suasana yang sebenarnya tegang.
Cerita Viral di Media Sosial yang Jadi Topik Hangat
Fenomena ini bermula dari sebuah unggahan di media sosial yang menampilkan seseorang mengaku berhasil mendapatkan hadiah besar saat bermain Mahjong Ways di tengah malam. Unggahan itu dibagikan ribuan kali dan ramai dikomentari. Sejak itu, istilah pola malam menjadi bahan pembicaraan, bahkan di warung kopi dekat Merapi.
Bagi banyak warga, cerita itu tidak lebih dari hiburan. Namun ada pula yang penasaran dan membicarakan pola tersebut seolah seperti taktik yang bisa dipelajari. Warung kopi di sekitaran lereng Merapi pun mendadak seperti ruang diskusi malam, lengkap dengan canda tawa dan aroma kopi robusta yang kuat.
Rasa Takut dan Rasa Penasaran yang Aneh
Menariknya, warga seolah punya cara sendiri untuk mengalihkan ketakutan menghadapi ancaman erupsi. Alih-alih membicarakan jalur evakuasi, mereka justru sibuk bertukar cerita tentang pola yang viral itu. Seorang pengunjung bernama Lestari bahkan berkomentar, Daripada tegang mikirin Merapi, mending santai di sini sambil ngobrol pola-pola itu. Setidaknya kami nggak panik.
Fenomena ini membuat para pengunjung warung kopi seperti berada di dunia berbeda—di luar sana status Merapi Siaga, tetapi di meja-meja kayu yang berderet, mereka larut dalam cerita yang hangat dan lucu.
Ahli Psikologi Menilai Fenomena Ini
Menurut dosen psikologi dari Yogyakarta, Dr. Retno, fenomena warga yang tetap berkumpul di warung kopi di tengah ancaman bencana adalah bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam kondisi tertekan atau cemas, manusia sering mencari pengalihan agar tidak larut dalam rasa takut. Obrolan tentang pola permainan itu hanyalah media untuk menciptakan suasana normal di tengah ancaman.
Retno juga menambahkan bahwa kebersamaan di warung kopi membantu mengurangi rasa panik. Rasa aman tidak selalu datang dari tempat yang jauh dari bahaya, tetapi juga dari kebersamaan dan interaksi sosial.
Wartawan Lokal Menyoroti Warung Kopi Sebagai Titik Kumpul
Salah satu wartawan lokal yang meliput aktivitas Merapi sempat menulis di akun media sosialnya tentang fenomena ini. Ia menyebut, Uniknya, warung kopi dekat pos pantau kini tak pernah sepi malam hari. Bahkan di tengah aktivitas Merapi yang meningkat, warga seolah menemukan tempat ‘pelarian’ untuk mengusir rasa cemas.
Postingan itu menambah keviralan fenomena ini. Tidak sedikit warganet yang penasaran ingin melihat langsung suasana warung kopi yang ramai disebut-sebut itu.
Tips dari Warga untuk Tetap Tenang Menghadapi Situasi Merapi
Meski kelihatannya santai, sebagian warga tetap waspada. Pak Darto, seorang warga senior, mengatakan bahwa mereka selalu siap untuk evakuasi jika tanda-tanda bahaya lebih serius muncul. Kami tidak bodoh. Santai boleh, tapi kalau sirene panjang dan pos pantau bilang harus pergi, ya kami pergi.
Ia juga berbagi tips agar tetap tenang: jangan mudah percaya cerita yang berlebihan di media sosial, tetap pantau informasi dari pihak berwenang, dan jangan panik berlebihan. Menurutnya, justru dengan tenang, mereka bisa lebih cepat bertindak saat keadaan darurat.
Fenomena Warung Kopi Merapi yang Jadi Ikon Baru
Kini, warung kopi yang sebelumnya hanya tempat persinggahan petani atau pendaki lokal, mendadak menjadi semacam ikon baru. Banyak orang yang datang bukan hanya untuk menikmati kopi atau wedang jahe, tetapi juga untuk merasakan suasana aneh itu: ketegangan bencana bercampur dengan hangatnya obrolan malam.
Beberapa pengunjung bahkan mengunggah foto suasana warung kopi ke media sosial dengan caption seperti, Ngopi di kaki Merapi sambil bahas pola malam. Deg-degan tapi seru!
Mengakhiri Malam dengan Penasaran
Hingga kini, fenomena ini terus berlangsung. Aktivitas Merapi yang belum mereda tidak menyurutkan antusiasme warga untuk berkumpul di warung kopi. Ada yang datang karena penasaran, ada yang datang untuk menghibur diri, dan ada pula yang sekadar ingin ikut merasakan sensasi unik: menikmati malam di bawah bayang-bayang Merapi dengan cerita-cerita viral yang hangat.
Pada akhirnya, cerita tentang pola malam itu hanyalah bagian kecil dari kisah yang lebih besar: cara manusia menemukan ketenangan dan kebersamaan di tengah ancaman alam. Mungkin suatu hari fenomena ini akan menjadi kenangan yang diceritakan kepada anak cucu, tentang masa ketika Merapi siaga tetapi tawa tetap terdengar di warung kopi.